Penghujung tahun 2018 lalu seakan ditutup dengan menangisnya
kembali bumi pertiwi ini. belum usai duka yang terjadi di Lombok dan Palu,
Indonesia kembali berduka. Tepat di hari Sabtu, 22 Desember 2018, Banten
berduka dilanda Tsunami dan Lampung berduka karena Erupsi anak krakatau. Tidak
sedikit yang menjadi korban atas peristiwa ini dan bumi Banten dan Lampung
porak poranda seketika seperti butiran debu. Hal ini mengingatkan kita akan
Firman Sang Maha Kuasa yang berbunyi “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah
ia". (QS Yasin ayat 82).
Bencana yang memberikan duka kepada bumi pertiwi ini seakan
mengingatkan kita bahwa sebetulnya dunia ini hanya sebuah robot di bawah
kendali Allah SWT. Allah SWT dapat mengerakkan apa yang dia inginkan. Jikalau
pengendali robot marah terhadap orang lain maka si pengendali dapat
menggerakkannya kepada hal yang dapat memberikan kepedihan bagi orang yang
dibencinya. Duka yang terjadi di negeri ini memberikan gambaran bahwa alam ini
seakan memberikan ilustrasi bahwa manusia sudah haus dengan nikmatnya dunia
yang sebenarnya tidak pernah memberikan kepuasan.
Apakah dengan duka ini dapat membuat negeri ini belajar dan menjadi
negeri yang jaya?. Jawabannya ada pada diri setiap individu. Negeri yang
dibangun atas dasar konstitusi ini memiliki segudang memori dalam penjelajahan
menapaki kemerdekaan dari tangan penjajahan. Bagaimana tidak, kita ketahui
bahwa negeri ini direbut dengan dasar perjuangan dari kejamnya masa penjajahan.
Jika kita dapat belajar dari sebuah masa lalu maka kita dapat memetik sebuah
hikmah bahwa negeri yang sedang terancam akan menimbulkan semangat berjuang
dalam meraih kejayaan.
Sedikit mengigat beberapa pesan dari perjuangan bangsa, bahwa The
Founding Father kita menginginkan negeri ini menjadi bangsa yang bersatu dalam
wadah yang disebut negara, tidak heran perdebatan yang panjang di forum saat
ingin membentuk konsep negara ini tidaklah muda beberapa ada yang mengusulkan
bentu negara federal, sosialis, dll. Tetapi yang terpilih adalah bentuk negara
kesatuan (union). Ketika negeri ini sudah bertitah kesatuan tidak ada
lagi kata yang tepat untuk berjuang secara bersama-sama bukan individualistik.
Musibah yang sekarang terjadi di banten dan lampung merupakan duka kitas semua
di negara yang satu yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tangisan mereka
adalah tangisan kita dan kepedihan mereka adalah kepedihan mereka. Maka pilihan
untuk “Move On” merupakan pekikan untuk seluruh bangsa negeri ini.
karena dengan ‘Move On” negeri ini dapat melangkah kembali ke masa depan
sehingga bagian dari kesatuan ini yang sedang terkena musibah dapat hidup
kembali di bawah naungan one nation yaitu NKRI.
Ketika bagian dari negeri ini yaitu banten dan lampung sedang
terancam dengan banyaknya dampak kerusakan yang membuat kesusahan pada
manusianya. Maka negeri ini mempunyai pilihan untuk “Move On” dengan
kembali berjuang menuju kejayaan. Karena dengan sebuah tantangan melalui sebuah
ujian ini dapat membuat bangsa ini menjadi kuat karena timbul rasa keprihatinan
dari seluruh lapisan bangsa dari sabang sampai merauke yang memicu semangat
untuk bersatu dalam membangun kembali negeri ini terkhusus di daerah yang
terkena bencana. Dari sabang sampai merauke memberikan kepedulian dengan
langsung turun kejalan-kejalan untuk menggalang dana di daerah-daerahnya
masing-masing bahkan tidak sedikit mereka yang langsung ke daerah musibah untuk
memberikan bantuan. Hal ini menunjukkan bahwa luarbiasanya persatuan bangsa
ini.
Persatuan yang terlihat karena adanya saluran yaitu bencana inilah
seharusnya tetap harus ada sepanjang waktu karena dengan persatuan negeri ini
dapat terbentuk menjadi objek yang utuh sebagai nation state. Bukankah
kita tahu bahwa negara bangsa (nation state) ini adalah negara yang
memiliki pluralitas dalam kehidupannya. Pluralitas ini dapat terjamin utuh jika
ada rasa persatuan yang sudah tercermin di dalam Pancasila dapat hidup abadi
sampai negeri ini runtuh akibat kehendak Illahi. Bukanlah waktu terlambat untuk
kita bisa “Move On”. Selagi bumi ini masih ada dan memberikan kehidupan
bagi umat maka selama itulah kata “Move On” untuk negeri ini dapat
terealisir di tengah arus deras era globalisasi dan referomasi yang terus
berjalan ini.
Maka tidak ada pilihan yang terbaik selain “Move On” untuk
kembali membawa banten dan lampung serta daerah-daerah lainnya untuk memberikan
kejayaan bagi negeri. Berjuang dengan bersatu akan lebih mudah dalam membawa
bangsa ini menuju kepada reformasi yang berkesejahteraan demi terciptanya
negeri “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” yaitu negeri yang indah
dan subur alamnya, dengan penduduk yang selalu bersyukur atas nikmat yang
mereka terima. Semoga dengan adanya musibah di bumi pertiwi ini dapat
memberikan pelajaran dan hikmah yang dalam bagi terbentuknya persatuan umat di
tengah-tengah arus panas politik di negeri ini yang kian mengerus rasa
persatuan dan menimbulkan kebencian di tengah-tengah negara bangsa yaitu NKRI. Semoga
di awal tahun 2019 ini Indonesia menjadi negara yang kuat, baik dari segi persatuan
untuk pembangunan umat di seluruh pelosok negeri.
Musibah membawa Hikmah, “Move On” NKRI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162).
Komentarnya yang Sopan ya SOBAT...
Berdiskusi bisa melalui :
IG : rico.febriansyaah