Senin, 28 Oktober 2019

Mahasiswa : "Bernilai" atau "Tidak Ternilai"



Dunia perguruan tinggi selalu menjadi permasalahan bagi mereka yang mengejar nilai tinggi dengan menghalalkan segala cara. Sehingga tidak sedikit tujuan dari pendidikan untuk mendidik menjadi tidak tercapai. Mahasiswa masih banyak yang hanya untuk mendapatkan nilai baik atau IPK yang bagus dengan cara menyontek ketika UTS atau UAS. Ya, ini seperti budaya bagi dunia pendidikan kita, bahwa saya dulu beranggapan budaya ini hanya ditemuin di bangku sekolahan tetapi nyatanya tidak, sungguh miris karena mahasiswa juga masih sangat kental dengan budaya ini. Tapi Sobat, saya tidak mengupas tentang budaya ini tapi melainkan terkait dengan nilai. Nilai yang dimaksud bukan nilai mata uang ya Sobat..., Hehehe. Tapi nilai menjadi seorang Mahasiswa.

Nilai ini ibarat identitas seorang intelektual, karena itulah yang membuat Mahasiswa itu berbeda dengan mereka yang bukan Mahasiswa. Nilai yang dimaksud ini bukan hanya sekedar nilai IPK ya sobat, melainkan nilai-nilai tambah (Plus) yang harus dimiliki oleh seorang Mahasiswa. Jika hanya Nilai IPK yang menjadi tujuan akhir dari seorang Mahasiswa, maka mahasiswa hanya mendapatkan label "Bernilai". Mengapa?, karena itu tidak memberikan dampak untuk banyak orang, tapi jika ingin mendapatkan label "Tidak Ternilai". Maka Mahasiswa tidak hanya mendapatkan nilai IPK yang tinggi melainkan harus memiliki nilai tambah yang memberi manfaat bagi banyak orang seperti menjadi seorang Relawan, Organisator, Inovator, dll. Karena dengan menjadi Mahasiswa yang bermanfaat bagi banyak orang, maka Mahasiswa sudah menjadi sebaik-baiknya manusia. Hal ini sesuai dengan hadits Rasul SAW yang bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Penerapan prinsip nilai tambah sebetulnya  sudah dianjurkan oleh agama Islam dengan amal saleh. Konsep amal saleh ini bukan hanya dalam kehidupan personal melainkan diterapkan dalam kehidupan sosial yang berdampak pada banyak orang atau orang lain, seperti memindahkan duri dari jalan, memberikan senyum, sampai menanam pohon di depan rumah, itu semua mendapatkan pahala karena memberikan nilai lebih kepada lingkungan, atau seperti Bill Gates yang terkenal kaya raya dengan kekayaan mencapai 60 miliar dolar, tetapi yang membuatnya tidak ternilai harganya adalah Add Value yang diciptakannya pada masyarakat dunia ratusan atau ribuan kali dari jumlah itu. Tentunya Sobat semua pasti merasakan manfaat dari karya yang dihasilkannya berupa penggunaan Windows dan berbagai aplikasinya. Coba bayangkan kalau kita masih memakai mesin tik.

Mahasiswa jika hanya ingin bernilai, maka tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, cukup tamatan SMA kemudian bekerja maka akan mendapatkan gaji, itu hanya bernilai. Tetapi Mahasiswa itu "Tidak Ternilai", sehingga orang tidak bisa membayarnya hanya dengan nilai uang melainkan tidak dapat dinilai karena besarnya manfaat dan dampak yang diberikannnya kepada banyak orang. Mahasiswa itu bukan seperti mesin, tetapi harus menjadi penggerak mesin. Maksudnya mengetahui arah dan tujuan akhir dari hidupnya. Jika dengan mendapatkan nilai yang tinggi kemudian menyontek, berarti mahasiswa belum tahu arah dan tujuan hidupnya. Karena dia tidak tahu, dengan dia seperti itu maka dia akan menjadi manusia yang kaku, yang hanya menunggu belas kasihan orang lain. Maka apa  bedanya dengan  Gelandangan?. Maka Mahasiswa harus membuat perbedaan dirinya, dengan menjadi Mahasiswa yang tidak ternilai, sehingga marwah Mahasiswa untuk menjadi Agent of Change, Social Control, dan Iron Stock selamanya akan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi pertiwi ini. Jika Mahasiswa sudah dapat menjalankan tugasnya sebagai orang yang tidak ternilai, maka sudah pasti akan sedikit para sarjana yang meminta belas kasihan dari pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga, mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa dapat menjadi manusia mandiri yang dapat berdiri di atas kaki sendiri dalam menjalankan kehidupannya. So, Never stop spreading benefits.

PLG, 27-10-2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162).

Komentarnya yang Sopan ya SOBAT...
Berdiskusi bisa melalui :
IG : rico.febriansyaah

Polemik Kesetaraan Gender dan Munculnya Kekerasan Berbasis Gender

Media Literasi Rico/Foto Kampanye Anti Kekerasan Gender Penulis : Rico Febriansyah/Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Kekerasan berbasi...

Tulisan Yang Terpopuler