Minggu, 01 Desember 2019

Nomenklatur Ketetapan Allah: "Takdir" atau "Nasib"


Takdir menjadi ketentuan Allah SWT, segala sesuatu di dunia tidak ada yang lain kecuali karena campur tangan dari sang khaliq. Begitupun, apa yang kita dapat baik itu rezeki, jodoh, sampai maut. Namun, sering sekali kita mendengar kata "Hanya pasrah pada nasib". Memang antara Nasib dan Takdir sering kali menimbulkan nomenklatur yang spekulatif sehingga orang sering menganggap bahwa nasib dan takdir itu sama, padahal pada hakikatnya nasib merupakan bentuk kata baru yang keluar melalui filtrasi otak manusia. Oleh karena itu, Pada kesempatan ini saya akan mengupas tentang bagaimana Nomenklatur kata “takdir” dan “nasib” itu sendiri?.
Sering kali sejak SD, kita diajarkan tentang 6 (enam) rukun iman yang salah satu isinya adalah beriman kepada qodho' dan qadar. Dua istilah  qodho' dan qadar yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika disebutkan qodho’ saja maka mencakup makna qadar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qodho’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qadar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Dengan demikian qadar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qodho’. Konsep qodho' dan qadar merupakan acuan kita dalam menepatkan suatu peristiwa yang dikatakan takdir atau nasib.
Konsep nasib yang sering kita persepsikan adalah sesuatu yang sudah diikhitiarkan dengan keras namun hasilnya tidak sesuai dengan keinginan sedangkan konsep takdir yang kita sering persepsikan adalah sesuatu yang sudah kita ikhtiarkan, hasilnya bisa sesuai maupun tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Melihat dari segi persepsi kata ini, maka sesungguhnya manakah kata yang tepat untuk mengisi diskursus ketetapan Allah SWT. Tentunya secara eksplisit kata "Takdir" sudah menunjukkan ketetapan Allah SWT namun ada sebuah dorongan kata yang memberikan semangat untuk kita harus berikhtiar yaitu "Nasib". Nasib memberikan kita dorongan bahwa sesuatu takdir dapat berubah menjadi baik jika kita menggunakan ikhtiar keras untuk mendapatkan kebaikan tersebut seperti ingin berprestasi di sekolah, maka ikhtiar kita dengan belajar tekun untuk meraih takdir yang sesuai dengan keinginkan kita sehingga kita tidak mendapatkan nasib yang berimplikasi buruk tersebut. Sehingga kata takdir, Allah perlihatkan sebagai sebuah pilihan yang tepat untuk memberikan kita kesempatan untuk menggapai apa yang kita inginkan selama masih dari ranah kebaikan dan fastabiqul khairat, sehingga kita jangan hanya bersandar pada takdir yang membuat kita hanya tertunduk pada nasib. Namun, perlu diingat ikhtiar kita hanya sebatas pada konsep takdir qodho' yang penentuannya berada di akhir bukan di awal. Karena sesuatu yang berada di akhir akan dapat digapai dengan proses menggapainya. Seperti lomba lari, belum ditentukan pemenangnya di awal melainkan di akhir, kita dapat menjadi pemenang apabila kita usaha dengan keras menjadi pemenang karena penentuan pemenang ditentukan di akhir yaitu sampai garis finish.
Melalui sebuah ikhtiar akan lebih tepat jika hasilnya disebut sebagai takdir bukan nasib, karena nasib hanya sub-bagian dari takdir yang memiliki persepsi makna yang buruk, sedangkan takdir merupakan bentuk kebijaksanaan Allah SWT dalam memberikam pilihan dan kesempatan hamba-Nya untuk berusaha dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT yang berbunyi :
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah swt. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Maka dari itu Sobat, Never give up before trying...., Semoga kita menjadi hamba-Nya yang selalu berharap rahmat-Nya dan jauh dari kata berputus asa.
28-11-2019
RICO, PLG©

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162).

Komentarnya yang Sopan ya SOBAT...
Berdiskusi bisa melalui :
IG : rico.febriansyaah

Polemik Kesetaraan Gender dan Munculnya Kekerasan Berbasis Gender

Media Literasi Rico/Foto Kampanye Anti Kekerasan Gender Penulis : Rico Febriansyah/Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Kekerasan berbasi...

Tulisan Yang Terpopuler