Takdir menjadi ketentuan Allah SWT,
segala sesuatu di dunia tidak ada yang lain kecuali karena campur tangan dari
sang khaliq. Begitupun, apa yang kita dapat baik itu rezeki, jodoh,
sampai maut. Namun, sering sekali kita mendengar kata "Hanya pasrah
pada nasib". Memang antara Nasib dan Takdir sering kali menimbulkan
nomenklatur yang spekulatif sehingga orang sering menganggap bahwa nasib dan
takdir itu sama, padahal pada hakikatnya nasib merupakan bentuk kata baru yang
keluar melalui filtrasi otak manusia. Oleh karena itu, Pada kesempatan ini saya
akan mengupas tentang bagaimana Nomenklatur kata “takdir” dan “nasib” itu
sendiri?.
Sering kali sejak SD, kita diajarkan
tentang 6 (enam) rukun iman yang salah satu isinya adalah beriman kepada qodho'
dan qadar. Dua istilah qodho'
dan qadar yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika
disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan
bersamaan. Jika disebutkan qodho’ saja maka mencakup
makna qadar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan
bersamaan, maka qodho’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan
Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan
terhadap sesuatu. Sedangkan qadar maknanya adalah sesuatu yang
telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Dengan demikian qadar ada
lebih dulu kemudian disusul dengan qodho’. Konsep qodho' dan
qadar merupakan acuan kita dalam menepatkan suatu peristiwa yang
dikatakan takdir atau nasib.
Konsep nasib yang sering kita
persepsikan adalah sesuatu yang sudah diikhitiarkan dengan keras namun hasilnya
tidak sesuai dengan keinginan sedangkan konsep takdir yang kita sering
persepsikan adalah sesuatu yang sudah kita ikhtiarkan, hasilnya bisa sesuai
maupun tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Melihat dari segi persepsi kata
ini, maka sesungguhnya manakah kata yang tepat untuk mengisi diskursus
ketetapan Allah SWT. Tentunya secara eksplisit kata "Takdir" sudah
menunjukkan ketetapan Allah SWT namun ada sebuah dorongan kata yang memberikan
semangat untuk kita harus berikhtiar yaitu "Nasib". Nasib memberikan
kita dorongan bahwa sesuatu takdir dapat berubah menjadi baik jika kita
menggunakan ikhtiar keras untuk mendapatkan kebaikan tersebut seperti ingin
berprestasi di sekolah, maka ikhtiar kita dengan belajar tekun untuk meraih
takdir yang sesuai dengan keinginkan kita sehingga kita tidak mendapatkan nasib
yang berimplikasi buruk tersebut. Sehingga kata takdir, Allah perlihatkan
sebagai sebuah pilihan yang tepat untuk memberikan kita kesempatan untuk
menggapai apa yang kita inginkan selama masih dari ranah kebaikan dan fastabiqul
khairat, sehingga kita jangan hanya bersandar pada takdir yang membuat kita
hanya tertunduk pada nasib. Namun, perlu diingat ikhtiar kita hanya sebatas
pada konsep takdir qodho' yang penentuannya berada di akhir bukan di
awal. Karena sesuatu yang berada di akhir akan dapat digapai dengan proses
menggapainya. Seperti lomba lari, belum ditentukan pemenangnya di awal
melainkan di akhir, kita dapat menjadi pemenang apabila kita usaha dengan keras
menjadi pemenang karena penentuan pemenang ditentukan di akhir yaitu sampai
garis finish.
Melalui sebuah ikhtiar akan lebih
tepat jika hasilnya disebut sebagai takdir bukan nasib, karena nasib hanya
sub-bagian dari takdir yang memiliki persepsi makna yang buruk, sedangkan
takdir merupakan bentuk kebijaksanaan Allah SWT dalam memberikam pilihan dan
kesempatan hamba-Nya untuk berusaha dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Hal
ini sesuai dengan Firman Allah SWT yang berbunyi :
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah swt. Sesungguhnya Allah Subhanahu
Wata’ala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah
dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi).” (QS. Az
Zumar: 53-54).
Maka dari itu Sobat, Never give up before trying...., Semoga
kita menjadi hamba-Nya yang selalu berharap rahmat-Nya dan jauh dari kata
berputus asa.
28-11-2019
RICO, PLG©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162).
Komentarnya yang Sopan ya SOBAT...
Berdiskusi bisa melalui :
IG : rico.febriansyaah