Hari ini, aku bercerita tentang bullysitivitas kekuasaan. Ya, aku lihat seorang ibu tua tertatih-tatih membawa dagangannya, kemudian berlanjut melihat beberapa anak-anak berlalu-lalang menjual koran serta orang dengan keterbatasan fisik meminta-minta. Aku memang harus lebih bersyukur dengan keadaan, tapi aku tidak bisa membohongi diri yang sangat peka terhadap kondisi sosial. Termenung sesaat sampai hati rasanya sesak ketika melihat kesenjangan sosial yang tidak pernah usai di negeri tercinta. Imajinasiku bermain, aku ceritakan kepada temanku yang saat itu bersamaku. "Jika aku menjadi seorang wakil rakyat, aku akan malu dengan jabatan yang aku sandang, Jika aku berada di pemerintahan aku akan merasa bagai debu yang hanya menjadi kotoran negeri tanpa peduli dan pergi untuk menghilang tertiup angin".
Aku juga bertanya-tanya, Mungkinkah negeri ini berada di atas penderitaan bangsa sendiri...
Jika, aku dibolehkan bertanya...
Aku ingin tahu tentang beberapa hal,
Apakah negeri ini miskin?
Kemudian pikirku,
Tetapi, mengapa Belanda dan Jepang ingin menjanjah negeri ini.
Tambahku,
Apakah memang negeri hanya bergerak untuk menyelesaikan permasalahan yang tampak di permukaan?
Lirihku,
Pantas bonus untuk atlet itu besar-besaran. Yang padahal jika sadar, uang untuk satu orang itu bisa menghidupkan 1 juta lebih penduduk.
Tapi, Tanyaku kembali.
Mengapa untuk mengeluarkan uang 1 juta untuk para orang fakir miskin itu sulitnya minta ampun?
Padahal jika satu orang miskin diberi uang 5 juta untuk membuka usaha dan mengembangkannya, saya rasa akan lebih sedikit mereka yang tidak bersekolah dan pengangguran daripada kita hanya memakmurkan satu orang kemudian mengorbankan bangsa lain. "Dimana, letak keadilan sosial itu" tanyaku.
Tinggal lagi kembali kepada negeri kita,
Apakah tujuan negeri ini hanya untuk memakmurkan satu orang atau seluruh orang bangsa Indonesia?
Saya Berdo'a semoga, Apa yang dijunjung di dalam sila ke-2 dan ke-5 dapat tercapai.
Apa?
Kemanusiaan yang adil dan beradab dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Memang terkadang logika di atas (Pemerintah) tak sejalan logika di bawah (Rakyat) , logika kebenaran bertolak belakang dengan logika realita.
Pelajaran berharga yang aku dapatkan lahir dari kepedulian. "Orang yang berpikir tentang bangsa itu banyak, tapi orang yang berpikir jujur tentang bangsa itu sedikit".
Episode 1 : Negeri
16-09-2019
RICO, PLG©
IG : rico.febriansyaah
Mantap,keren😊
BalasHapusTerimakasih, kamu lebih keren ☺
HapusWahhh mantap bener saudaraku ini..
HapusKamu yang lebih mantap...
HapusMantap dek, lanjutkan.
BalasHapus