Pada beberapa kesempatan dalam berbagai seminar di kampus sering
sekali kita mendengar Mahasiswa dikatakan sebagai kaum intelektual. Seiring
dengan fungsi Mahasiswa sebagai Agent Of Change, Social Control,
dan Iron Stock. Kata intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah berakal. Sehingga sebetulnya konsep intelektual itu merupakan
konsep universal manusia bukan hanya mahasiswa ataupun kaum terpelajar. Akal
yang menjadikan manusia lebih mulia dibandingkan makhluk Allah lainnya seperti
binatang begitupun sebaliknya akal juga dapat membuat manusia menjadi lebih
rendah dibandingkan binatang. Oleh karena itu, sangat pentingnya akal dalam
kehidupan manusia, Allah selalu menyindir manusia agar selalu menggunakan akal
untuk berpikir. Dalam Q. S Al-An'am ayat 50 Allah SWT Berfirman"....Katakanlah,
"Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu
tidak memikirkan-Nya".
Intelektual yang sering kita gunakan memang selalu kita sandang
kepada kelompok yang terpelajar seperti mahasiswa maupun yang berkecimpung di
dunia pendidikan tinggi atau memiliki gelar yang banyak maupun mereka yang
dianggap mempunyai keahlian yang didapat di bangku perguruan tinggi. Apakah
ukuran intelektual diukur dari itu saja Sobat???. Ya, Tentu Tidak....,
Intelektual pada dasarnya dimiliki oleh seluruh manusia, sehingga memberi label
intelektual hanya untuk mahasiswa merupakan hal yang kurang tepat. Karena,
banyak mereka yang tidak Sekolah Tinggi tapi mempunyai IQ yang tinggi dan mampu
menciptakan inovasi yang lebih hebat dibandingkan mereka yang menempuh
pendidikan tinggi.
Maka pernyataan intelektual hanya disandang untuk mahasiswa dapat
dipatahkan Sobat...., Ukuran yang tepat untuk melihat apakah orang tersebut
intelektual atau tidak adalah dengan melihat bagaimana dia menggunakan akalnya.
Jika mahasiswa tidak dapat menggunakan akalnya dengan baik, contohnya hanya
pacaran, hura-hura, bermalas-malasan sudah tentu mahasiswa tersebut tidak
pantas dikatakan sebagai seorang intelektual. Begitupun sebaliknya jika seorang
hanya lulusan SD dapat menggunakan akalnya dengan baik dengan rajin bekerja,
ulet, dan memiliki semangat untuk belajar maka dia pantas disebut sebagai
seorang intelektual.
Melihat kondisi kampus sekarang rasanya, kata "Intelektual"
itu belum tepat disandang oleh Mahasiswa walaupun tidak seluruhnya sobat.
Karena ada juga Mahasiswa yang pantas disebut intelektual karena menggunakan
akalnya dengan baik. Mengapa belum tepat?. Ya, mungkin teman-teman tahu
sendiri, Mahasiswa sekarang sudah meninggalkan budayanya sebagai seorang
Mahasiswa seperti Membaca, Menulis, dan Berdiskusi. Mahasiswa lebih suka nongki
di Cafe-Cafe, jalan-jalan ke mall bukan ke tokoh buku, maupun hanya untuk
berbincang-bincang yang tidak bermanfaat dan hanya menghabiskan waktu. Maka,
Apakah pantas mseperti itu disebut seorang intelektual?. Sehingga, Ukuran Intelektual
atau tidaknya seseorang adalah bagaimana dia memfungsikan akal yang
dianugerahkan Allah bukan diukur dari status sosial seseorang. Bukankah waktu
lalu saya pernah bercerita bagaimana ada seorang yang dianggap bodoh bahkan
tidak bisa melanjutkan pendidikan dapat membuat sesuatu yang bermanfaat bagi
dunia. Seperti Thomas Alfa Edison dengan Lampu Pijarnya maupun Bill Gates
dengan Microsoft nya.
Maka barang tentu Akal akan menjadi instrumen dalam melihat seorang
yang dianggap intelektual. Hemat saya, Jika ingin menjadi Mahasiswa yang
dianggap kaum intelektual, maka pantaskan diri kamu dengan menggunakan anugerah
Allah yaitu akal dalam bertindak dan berpikir dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, jangan pernah menghakimi mereka yang tidak Sekolah Tinggi itu
merupakan orang bodoh dan tidak intelektual. Karena, bisa jadi mereka yang
lebih intelektual dari kita yang Sekolah Tinggi. So, "Correct yourself
before correcting others". Seperti juga Umar Bin Khattab r.a pernah
berkata “Haasibu anfusakum qabla antuhasabu” (Hisablah dirimu sebelum
kelak engkau dihisab).
02-10-2019
RICO, PLG©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162).
Komentarnya yang Sopan ya SOBAT...
Berdiskusi bisa melalui :
IG : rico.febriansyaah