Rabu, 02 Oktober 2019

Manusia Seluruhnya “INTELEKTUAL”



Pada beberapa kesempatan dalam berbagai seminar di kampus sering sekali kita mendengar Mahasiswa dikatakan sebagai kaum intelektual. Seiring dengan fungsi Mahasiswa sebagai Agent Of Change, Social Control, dan Iron Stock. Kata intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berakal. Sehingga sebetulnya konsep intelektual itu merupakan konsep universal manusia bukan hanya mahasiswa ataupun kaum terpelajar. Akal yang menjadikan manusia lebih mulia dibandingkan makhluk Allah lainnya seperti binatang begitupun sebaliknya akal juga dapat membuat manusia menjadi lebih rendah dibandingkan binatang. Oleh karena itu, sangat pentingnya akal dalam kehidupan manusia, Allah selalu menyindir manusia agar selalu menggunakan akal untuk berpikir. Dalam Q. S Al-An'am ayat 50 Allah SWT Berfirman"....Katakanlah, "Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan-Nya".

Intelektual yang sering kita gunakan memang selalu kita sandang kepada kelompok yang terpelajar seperti mahasiswa maupun yang berkecimpung di dunia pendidikan tinggi atau memiliki gelar yang banyak maupun mereka yang dianggap mempunyai keahlian yang didapat di bangku perguruan tinggi. Apakah ukuran intelektual diukur dari itu saja Sobat???. Ya, Tentu Tidak...., Intelektual pada dasarnya dimiliki oleh seluruh manusia, sehingga memberi label intelektual hanya untuk mahasiswa merupakan hal yang kurang tepat. Karena, banyak mereka yang tidak Sekolah Tinggi tapi mempunyai IQ yang tinggi dan mampu menciptakan inovasi yang lebih hebat dibandingkan mereka yang menempuh pendidikan tinggi.

Maka pernyataan intelektual hanya disandang untuk mahasiswa dapat dipatahkan Sobat...., Ukuran yang tepat untuk melihat apakah orang tersebut intelektual atau tidak adalah dengan melihat bagaimana dia menggunakan akalnya. Jika mahasiswa tidak dapat menggunakan akalnya dengan baik, contohnya hanya pacaran, hura-hura, bermalas-malasan sudah tentu mahasiswa tersebut tidak pantas dikatakan sebagai seorang intelektual. Begitupun sebaliknya jika seorang hanya lulusan SD dapat menggunakan akalnya dengan baik dengan rajin bekerja, ulet, dan memiliki semangat untuk belajar maka dia pantas disebut sebagai seorang intelektual.

Melihat kondisi kampus sekarang rasanya, kata "Intelektual" itu belum tepat disandang oleh Mahasiswa walaupun tidak seluruhnya sobat. Karena ada juga Mahasiswa yang pantas disebut intelektual karena menggunakan akalnya dengan baik. Mengapa belum tepat?. Ya, mungkin teman-teman tahu sendiri, Mahasiswa sekarang sudah meninggalkan budayanya sebagai seorang Mahasiswa seperti Membaca, Menulis, dan Berdiskusi. Mahasiswa lebih suka nongki di Cafe-Cafe, jalan-jalan ke mall bukan ke tokoh buku, maupun hanya untuk berbincang-bincang yang tidak bermanfaat dan hanya menghabiskan waktu. Maka, Apakah pantas mseperti itu disebut seorang intelektual?. Sehingga, Ukuran Intelektual atau tidaknya seseorang adalah bagaimana dia memfungsikan akal yang dianugerahkan Allah bukan diukur dari status sosial seseorang. Bukankah waktu lalu saya pernah bercerita bagaimana ada seorang yang dianggap bodoh bahkan tidak bisa melanjutkan pendidikan dapat membuat sesuatu yang bermanfaat bagi dunia. Seperti Thomas Alfa Edison dengan Lampu Pijarnya maupun Bill Gates dengan Microsoft nya.

Maka barang tentu Akal akan menjadi instrumen dalam melihat seorang yang dianggap intelektual. Hemat saya, Jika ingin menjadi Mahasiswa yang dianggap kaum intelektual, maka pantaskan diri kamu dengan menggunakan anugerah Allah yaitu akal dalam bertindak dan berpikir dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, jangan pernah menghakimi mereka yang tidak Sekolah Tinggi itu merupakan orang bodoh dan tidak intelektual. Karena, bisa jadi mereka yang lebih intelektual dari kita yang Sekolah Tinggi. So, "Correct yourself before correcting others". Seperti juga Umar Bin Khattab r.a pernah berkata “Haasibu anfusakum qabla antuhasabu” (Hisablah dirimu sebelum kelak engkau dihisab).


02-10-2019

RICO, PLG©

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162).

Komentarnya yang Sopan ya SOBAT...
Berdiskusi bisa melalui :
IG : rico.febriansyaah

Polemik Kesetaraan Gender dan Munculnya Kekerasan Berbasis Gender

Media Literasi Rico/Foto Kampanye Anti Kekerasan Gender Penulis : Rico Febriansyah/Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Kekerasan berbasi...

Tulisan Yang Terpopuler