Dunia perguruan tinggi selalu menjadi permasalahan bagi mereka yang
mengejar nilai tinggi dengan menghalalkan segala cara. Sehingga tidak sedikit
tujuan dari pendidikan untuk mendidik menjadi tidak tercapai. Mahasiswa masih
banyak yang hanya untuk mendapatkan nilai baik atau IPK yang bagus dengan cara
menyontek ketika UTS atau UAS. Ya, ini seperti budaya bagi dunia pendidikan
kita, bahwa saya dulu beranggapan budaya ini hanya ditemuin di bangku sekolahan
tetapi nyatanya tidak, sungguh miris karena mahasiswa juga masih sangat kental
dengan budaya ini. Tapi Sobat, saya tidak mengupas tentang budaya ini tapi
melainkan terkait dengan nilai. Nilai yang dimaksud bukan nilai mata uang ya
Sobat..., Hehehe. Tapi nilai menjadi seorang Mahasiswa.
Nilai ini ibarat identitas seorang intelektual, karena itulah yang
membuat Mahasiswa itu berbeda dengan mereka yang bukan Mahasiswa. Nilai yang
dimaksud ini bukan hanya sekedar nilai IPK ya sobat, melainkan nilai-nilai
tambah (Plus) yang harus dimiliki oleh seorang Mahasiswa. Jika hanya
Nilai IPK yang menjadi tujuan akhir dari seorang Mahasiswa, maka mahasiswa
hanya mendapatkan label "Bernilai". Mengapa?, karena itu tidak
memberikan dampak untuk banyak orang, tapi jika ingin mendapatkan label "Tidak
Ternilai". Maka Mahasiswa tidak hanya mendapatkan nilai IPK yang
tinggi melainkan harus memiliki nilai tambah yang memberi manfaat bagi banyak
orang seperti menjadi seorang Relawan, Organisator, Inovator, dll. Karena
dengan menjadi Mahasiswa yang bermanfaat bagi banyak orang, maka Mahasiswa
sudah menjadi sebaik-baiknya manusia. Hal ini sesuai dengan hadits Rasul SAW
yang bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia lainnya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini
dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Penerapan prinsip nilai tambah sebetulnya sudah dianjurkan oleh agama Islam dengan amal
saleh. Konsep amal saleh ini bukan hanya dalam kehidupan personal melainkan
diterapkan dalam kehidupan sosial yang berdampak pada banyak orang atau orang
lain, seperti memindahkan duri dari jalan, memberikan senyum, sampai menanam
pohon di depan rumah, itu semua mendapatkan pahala karena memberikan nilai
lebih kepada lingkungan, atau seperti Bill Gates yang terkenal kaya raya dengan
kekayaan mencapai 60 miliar dolar, tetapi yang membuatnya tidak ternilai
harganya adalah Add Value yang diciptakannya pada masyarakat dunia
ratusan atau ribuan kali dari jumlah itu. Tentunya Sobat semua pasti merasakan
manfaat dari karya yang dihasilkannya berupa penggunaan Windows dan berbagai
aplikasinya. Coba bayangkan kalau kita masih memakai mesin tik.
Mahasiswa jika hanya ingin bernilai, maka tidak perlu sekolah
tinggi-tinggi, cukup tamatan SMA kemudian bekerja maka akan mendapatkan gaji,
itu hanya bernilai. Tetapi Mahasiswa itu "Tidak Ternilai",
sehingga orang tidak bisa membayarnya hanya dengan nilai uang melainkan tidak
dapat dinilai karena besarnya manfaat dan dampak yang diberikannnya kepada
banyak orang. Mahasiswa itu bukan seperti mesin, tetapi harus menjadi penggerak
mesin. Maksudnya mengetahui arah dan tujuan akhir dari hidupnya. Jika dengan
mendapatkan nilai yang tinggi kemudian menyontek, berarti mahasiswa belum tahu
arah dan tujuan hidupnya. Karena dia tidak tahu, dengan dia seperti itu maka
dia akan menjadi manusia yang kaku, yang hanya menunggu belas kasihan orang
lain. Maka apa bedanya dengan Gelandangan?. Maka Mahasiswa harus membuat
perbedaan dirinya, dengan menjadi Mahasiswa yang tidak ternilai, sehingga marwah
Mahasiswa untuk menjadi Agent of Change, Social Control, dan Iron
Stock selamanya akan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi
pertiwi ini. Jika Mahasiswa sudah dapat menjalankan tugasnya sebagai orang yang
tidak ternilai, maka sudah pasti akan sedikit para sarjana yang meminta belas
kasihan dari pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga, mahasiswa sebagai
generasi muda penerus bangsa dapat menjadi manusia mandiri yang dapat berdiri
di atas kaki sendiri dalam menjalankan kehidupannya. So, Never stop
spreading benefits.
PLG, 27-10-2019